Sabtu, 30 Oktober 2010

TES RUMPLE LEEDE dan TEST APTT (Activated Partial Thromboplastin Time)

 TES RUMPLE LEEDE

A.    Pra Analitik
1.      Persiapan pasien: tidak memerlukan persiapan khusus
2.      Prinsip:
Terhadap kapiler diciptakan suasana anoksia dengan jalan membendung alir­an darah vena. Terhadap anoksia dan penambahan tekanan internal akan terlihat kemampuan kapiler bertahan . Jika ketahanan kapiler turun akan tim­bul "' Petechiae "' di kulit.

3.      Alat dan bahan:
·                   Tensimeter dan Stethoskope
·                   Timer
·                   Spidol

B.     Analitik
Cara Kerja   :   
1.Pasang manset tensimeter pada lengan atas, kira-kira 7 cm diatas lipatan siku . Carilah tekanan sistolis (TS) dan tekanan diastolic (TD).
  1. Buat lingkaran pada bagian volar lengan bawah :
- Radius 3 cm
- Titik pusat terletak 2 cm dibawah garis lipatan siku.
  1. Pasang lagi tensimeter dan buatlah tekanan sebesar 1/2 X (TS+TD)  pertahankan tekanan ini selama 5 menit.
  2. Longgarkan manset lalu perhatikan ada tidaknya petechieae dalam lingkaran yang telah dibuat
C.    Pasca Analitik
Nilai Rujukan : < 10          : Normal ( Negatif)
                                   10 ‑ 20 : Dubia ( Ragu – ragu )
                                  > 20       : Abnormal ( Positif )



TEST APTT (Activated Partial Thromboplastin Time)


Tes APTT (Activated Partial Thromboplastin Time); adalah tes saring terhadap, jalur intrinsik dan bersama yang digunakan untuk mendeteksi defisiensi terhadap semua faktor dari jalur intrinsik dan bersama, nilai APTT memanjang jika terjadi defisiensi pada faktor koagulasi jalur intrinsik dan jalur bersama (F. XII, XI IX, VIII, X, V, Protrombin dan Fibrinogen), pada penyakit DIC (Diseminated Intravascular Coagulation), Lupus Antikoagulan, Penyakit Hati   dan hemofilia. juga secara umum digunakan untuk memonitor terapi heparin.

A. Pra Analitik
  • Persiapan Pasien    : Tidak dilakukan persiapan khusus
  • Persiapan Sampel   :
  1. Sampel. darah dapat diperoleh melalui vena punksi
  2. Antikoagulan yang dipakai adalah sodium sitrat 3,2% atau 3,8% dengan perbandingan 9:1 (9 bagian darah:1 bagian Na.Sitrat).
  3. Sampel darah disentrifus 10‑15 menit dengan kecepatan 2000 g
  4. Penampung tidak boleh terbuat dari bahan yang dapat menginduksi aktivasi kontak seperti gelas. Sebaliknya dipakai penampung gelas berlapis silikon atau plastik­
§  Prinsip : Tes APTT adalah tes yang dilakukan dengan menambahkan reagen APTT yang mengandung aktivator plasma dan fosfolipid pada sampel tes. Fosfolipid berfungsi sebagai pengganti platelet. Campuran diinkubasi selama 3‑5 menit untuk aktivasi optimum, kemudian direkalsifikasi dengan kalsium klorida dan beberapa saat akan terbentuk bekuan.
  • Alat       :
            Cara manual
·               Tabung reaksi   
·               Rak tabung
·               Inkubator       
·               Batang pengaduk
·               Stop watch
   Cara semi otomatik
·               Pipet                                                                                                              
·               Stiring bars
·               Tabung tes                                                                                                    
·               Stop watch
·               Cuvet                                                                                                            
§    Alat OTOMATIK
  • Bahan   :
·               Plasma (whole blood dengan antikoagulan natrium sitrat)
·               Reagen APTT yang mengandung ekstrak kloroform dari otak kelinci dan asam elagik, kalsium klorida (CaC12) 0,02 mol/l.

B. Analitik
  • Cara Kerja :
Cara manual
Ada dua cara yaitu :
Cara 1
  1. Reag APTT 100 µl +100 µl plasma dimasukkan dalam tabung 1
  2. 200 µl CaC12 dimasukkan dalam tabung 2
  3. Tabung 1 + 2 diinkubasi selama. 5 menit pada inkubator yang bersuhu 370 C
  4. Ambil 100 µl CaC12 (tabung 2), masukkan dalam tabung 1, jalankan stopwatch, aduk, amati hingga, terjadi bekuan (jendolan)
  5. Tes ini diulang pada, plasma control
Cara 2
  1. Lakukan. tahap 1-4
  2. Biarkan tabung 1 selama 20 detik setelah pencampuran. Pindahkan tabung dari inkubator, miringkan ( metode pendulum) atau putar posisi setengah (       metode rotasi) tabung tes setiap 1‑2 detik. Hentikan stopwatch ketika         cairan sudah tampak dalam bentuk fibrin (jendolan).
Cara semiotomatik
1.      Siapkan sampel dan kontrol, sebelumnya, hangatkan hemostat CaC12 0,02  ml/l pada suhu ruang.
2.      Masukkan plasma (100 µl) ke dalam tabung tes yang sudah terisi stiring bars, inkubasi selama 1‑2 menit pada suhu ruang
3.      Tambahkan reagen APTT (100 µl), inkubasi 3 menit
4.      Tambahkan CaC12 (100 µl) pada saat itu juga jalankan stop watch
5.      Catat waktu yang dibutuhkan untuk membentuk bekuan (print out)

  • Nilai rujukan  :
30 ‑ 45 detik secara manual
26,1 ‑ 36,3 detik secara. Semiotomatik

BLEEDING TIME (Masa Perdarahan)


BLEEDING TIME
(Masa Perdarahan)

Terjadinya perdarahan berkepanjangan setelah trauma superfisial yang terkontrol, merupakan petunjuk bahwa ada defisiensi trombosit. Masa perdarahan memanjang pada kedaan trombositopenia ( <100.000/mm3 ada yang mengatakan < 75.000 mm3), penyakit Von Willbrand, sebagian besar kelainan fungsi trombosit dan setelah minum obat aspirin.
Pembuluh kapiler yang tertusuk akan mengeluarkan darah sampai luka itu tersumbat oleh trombosit yang menggumpal. Bila darah keluar dan menutupi luka , terjadilah pembekuan dan fibrin yang terbentuk akan mencegah perdarahan yang lebih lanjut . Pada tes ini darah yang keluar harus dihapus secara perlahan‑lahan sedemikian rupa sehingga tidak merusak trombosit. Setelah trombosit menumpuk pada luka , perdarahan berkurang dan tetesan darah makin lama makin kecil.
Tes masa perdarahan ada 2 cara yaitu metode Duke dan metode Ivy . Kepekaan metode Ivy lebih baik, dengan nilai rujukan I ‑ 7 menit dan metode Duke dengan nilai rujukan 1 – 3 menit.

1. METODE DUKE
A .Pra Analitik
  1. Persiapan Pasien: tidak memerlukan persiapan khusus
  2. Persiapan sample: darah kapiler
  3. Prinsip:   
Dibuat luka standar pada daun telinga , lamanya perdarahan sampai berhenti dicatat.                                                                                                                                                                                                        
  1. Alat dan bahan
·               Disposable Lanset steril
·               Kertas saring bulat
·               Stop Watch
·               Kapas alkohol
           
B. Analitik
Cara kerja    :  
  1. Desinfeksi  daun telinga dengan kapas alkohol , biarkan mengering.
  2. Buat luka dengan disposable lanset steril panjang 2 mm dalam 3 mm. sebagai pegangan pakailah kaca objek dibalik daun telinga dan tepat pada saat darah keluar jalankan stop watch.
  3. Setiap 30 detik darah yang keluar diisap dengan kertas saring bulat tetapi   jangan sampai menyentuh luka
  4. Bila perdarahan berhenti , hentikan stop watch dan catatlah waktu perdarahan                                                      
Catatan :
  1. Bila perdarahan 10 menit, hentikan perdarahan dengan menekan luka dengan kapas alkohol . Dianjurkan untuk diulang dengan cara yang sama atau dengan metode Ivy.
  2. Digunakan untuk bayi dan anak ‑ anak
  3. Kepekaannya kurang.
C. Pasca Analitik
Nilai rujukan : 1 – 3 menit
2. METODE IVY
A. Pra Analitik
1.      Persiapan pasien: tidak memerlukan persiapan khusus
2.      Persiapan sample: darah kapiler
3.      Prinsip:
Dibuat perlukaan standar pada permukaan volar lengan bawah , lamanya per­darahan diukur. 
4.      Alat dan bahan:
·         Tensimeter
·         Disposable lanset steril dengan ukuran lebar 2 mm dan 3 mm
·         Stop watch
·         Kertas saring bulat
·         Kapas alkohol

B. Analitik
Cara kerja:
  1. Pasang manset tensimeter pada lengan atas dan pompakan tensi meter sampai 40 mm Hg selama pemeriksaan . Desinfeksi permukaan volar lengan ba­wah dengan kapas alkohol 70 % . Pilih daerah  kulit yang tidak ada vena superfisial , kira ‑ kira 3 jari dari lipatan siku.
  2. Rentangkan kulit dan lukailah dengan lebar 2 mm dalam 3mm.
  3. Tepat pada saat terjadi perdarahan stop watch dijalankan
  4. Setiap 30 detik hapuslah bintik darah yang keluar dari luka hindari jangan sampai menutup luka.
  5. Bila perdarahan berhenti ( diameter <1 mm ) hentikan stop watch dan lepas­kan manset tensimeter . Catat waktu perdarahan dengan pembulatan 0,5 menit.

Catatan   :
  1. Bila perdarahan sampai 15 menit belum berhenti tekanlah lukanya . Tes diu­langi lagi terhadap lengan lainnya . Bila hasilnya sama , hasil dilaporkan bah­wa masa perdarahan > 15 menit
  2. Kesulitan dalam membuat luka yang standar . Jika hasil < 2 menit tes diulang
C. Pasca Analitik
.Nilai rujuk : 1 – 7 menit
http://www.analis ponya kendari.analisqmateri.bloggspot.com/










Berikut adalah gambar tes perdarahan metode Duke ,Ivy dan Template Ivy

INDEKS ERITROSIT (Pengukuran dan perhitungan ukuran eritrosit)


INDEKS ERITROSIT
(Pengukuran dan perhitungan ukuran eritrosit)


Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin eritriosit. Indeks eritrosit terdiri atas Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC).
Indeks eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengklasifikasikan anemia atau sebagai penunjang dalam membedakan berbagai macam anemia. Bila dipergunakan bersama dengan pemeriksaan eritrosit dalam sediaan apus maka gambaran morfologi eritrosit menjadi lebih jelas.


Perhitungan Mean Corpuscular Volume (MCV)
                    Volume Eritrosit Rata-rata (VER)
                     Isi Eritrosit Rata-rata (IER)

   
  MCV  =  VER  =  IER  = hematokrit di bagi  Jumlah eritrosit dalam juta  x  10 …….  femtoliter (fl)
                                           


Perhitungan Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) /
                    Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (HER)


      MCH  =  HER  =x   hematokrit di bagi  Jumlah eritrosit dalam juta x 10 …… (uug) /pikogram/pg

        


Perhitungan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
                    Konsentrasi Hemoglobin Rata-rata (KHER)


     MCHC  =  KHER  = hemglobin dibagi hemtokrit x 100 …  (%)
                            
Nilai Rujukan  :        
MCV               =  82 – 92   fl
                  MCH               =  27 – 32   pg
                  MCHC                        =  32 – 37   %

PENEUMONI


PNEUMONIA

Definisi


Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus maupun jamur.Penyebab pneumonia adalah:
1.   Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa):
  • Streptococcus pneumoniae
  • Staphylococcus aureus
  • Legionella
  • Hemophilus influenzae
2.   Virus: virus influenza, chicken-pox (cacar air)
3.   Organisme mirip bakteri: Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anak-anak dan dewasa muda)
4.   Jamur tertentu.
Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui:
  • Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar
  • Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
  • Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.
Beberapa orang yang rentan (mudah terkena) pneumonia adalah:
  • Peminum alkohol
  • Perokok
  • Penderita diabetes
  • Penderita gagal jantung
  • Penderita penyakit paru obstruktif menahun
  • Gangguan sistem kekebalan karena obat tertentu (penderita kanker,penerima organ cangkokan)
  • Gangguan sistem kekebalan karena penyakit (penderita AIDS).
Pneumonia juga bisa terjadi setelah pembedahan (terutama pembedahan perut) atau cedera (terutama cedera dada), sebagai akibat dari dangkalnya pernafasan, gangguan terhadap kemampuan batuk dan lendir yang tertahan. Yang sering menjadi penyebabnya adalah Staphylococcus aureus, pneumokokus, Hemophilus influenzae atau kombinasi ketiganya.
Pneumonia pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh bakteri, yang tersering yaitu bakteri Streptococcus pneumoniae pneumococcus). Pneumonia pada anak-anak paling sering disebabkan oleh virus pernafasan, dan puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun. Pada usia sekolah, pneumonia paling sering disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae.
Pneumonia dikelompokkan berdasarkan sejumlah sistem yang berlainan. Salah satu diantaranya adalah berdasarkan cara diperolehnya, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu "community-acquired" (diperoleh diluar institusi kesehatan) dan "hospital-acquired" (diperoleh di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya). Pneumonia yang didapat diluar institusi kesehatan paling sering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae. Pneumonia yang didapat di rumah sakit cenderung bersifat lebih serius karena pada saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan tubuh penderita untuk melawan infeksi seringkali terganggu. Selain itu, kemungkinannya terjadinya infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik adalah lebih besar.

Gejala


Gejala-gejala yang biasa ditemukan adalah:
  • batuk berdahak (dahaknya seperti lendir, kehijauan atau seperti nanah)
  • nyeri dada (bisa tajam atau tumpul dan bertambah hebat jika penderita menarik nafas dalam atau     terbatuk)
  • menggigil
  • demam
  • mudah merasa lelah
  • sesak nafas
  • sakit kepala
  • nafsu makan berkurang
  • mual dan muntah
  • merasa tidak enak badan
  • kekakuan sendi
  • kekakuan otot.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
  • kulit lembab
  • batuk darah
  • pernafasan yang cepat
  • cemas, stres, tegang
  • nyeri perut.

Diagnosa


Pada pemeriksaan dada dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar suara ronki.
Pemeriksaan penunjang:
  • Rontgen dada
  • Pembiakan dahak
  • Hitung jenis darah
  • Gas darah arteri.

Pengobatan


Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.
Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.

Pencegahan


Untuk orang-orang yang rentan terhadap pneumonia, latihan bernafas dalam dan terapi untuk membuang dahak, bisa membantu mencegah terjadinya pneumonia.
Vaksinasi bisa membantu mencegah beberapa jenis pneumonia pada anak-anak dan orang dewasa yang beresiko tinggi:
  • Vaksin pneumokokus (untuk mencegah pneumonia karena Streptococcus pneumoniae)
  • Vaksin flu
  • Vaksin Hib (untuk mencegah pneumonia karena Haemophilus influenzae type b).