KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena limpahan Rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI Staphylococcus aureus KATALASE POSITIF ” walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana.
Dalam penulisan makalah ini tidak luput dari kesulitan-kesuliatan, namun pada akhirnya berkat ketekuntan serta bantuan dari berbagai pihak khususnya dan takluput pula bantuan dari rekan-rekan sekelompok, sehingga semua hambatan dapat teratasi.
Akhirnya pemakalah menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu kritik dan saran, sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Dan harapan kami pemakalah semoga karya yang sangat sederhana ini bermanfaat bagi mereka yang memerlukannya.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi luhur dari semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Amin ..... . Akhirul kalam Assalamu Alallaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Kendari, Maret 2010
Pemakalah
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL .................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.............................................................. 2
D. Manfaat Penulisan Makalah............................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................ 3
A. Pengertian Bakteri Staphylococcus aureus...................... 3
B. Stuktur Metabolik ........................................................... 3
C. Isolasi Dan Diagnose....................................................... 5
D. Morfologi Staphylococcus aureus................................... 7
E. Pengujian-Pengujian Bakteri Staphylococcus aureus..... 8
F. Cara Penularan dan resistensi antibiotik......................... 11
G. Cara Pengendalian Infeksi Staphylococcus aureus........ 12
BAB III PENUTUP................................................................... 14
A. Kesimpulan ................................................................... 13
B. Saran .............................................................................. 13
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebanyakan penyakit bakerial dimulai dengan kolonisasi bakteri. Pengecualian terhadap cara ini adalah pada bakteri yang menyebabkan penyakit dengan menghasilkan eksotoksin ketika perkembangannya. Eksotoksin teringesti dan bertanggungjawab terhadap gejala penyakit. Bakteri penyebab toksin merupakan salah satu bakteri yang dapat membawa dampak terhadap masalah kesehatan dan kerugian ekonomi terutama disebabkan oleh diare, nekrotik enteritis, hepatitis, dan renitis. Untuk mendapatkan metode pengendalian dan pencegahan infeksi suatu penyakit haruslah diketahui interaksi antara agen penyebab infeksi dengan hospes.
Masalah kesehatan sampai saat ini, merupakan masalah yang cukup serius untuk ditangani terutama penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Seperti halnya bakteri Staphylococcus aureus yang banyak ditemukan pada pada tubuh manusia, seperti di ingus, dahak, tangan, kulit, luka terinfeksi, bisul dan jerawat, serta pada feses dan rambut. Lebih jauh, keberadaan bakteri ini, justru diperkirakan terdapat pada 20 persen orang dengan kondisi kesehatan yang tampaknya baik.
Sementara itu, makanan dapat terkontaminasi bakteri Staphylococcus ini adalah setelah proses pemasakan, dari pekerja yang terinfeksi. Adapun jenis makanan yang dapat menjadi sumber infeksi adalah makanan hasil olahan daging/unggas, ham, krim, susu, keju, saus, kentang, ikan dan telur masak, serta makanan dengan kandungaan protein yang tinggi lainnya.
Secara umum, bakteri ini tidak tahan panas. Namun, racun yang dihasilkannya sangat tahan panas, sehingga tidak dapat dihancurkan dengan pemanasan yang biasa digunakan pada pemasakan. Bahayanya, racun tersebut biasanya tidak menyebabkan perubahan tekstur, warna, bau, kenampakan, ataupun perubahan rasa makanan, sehingga tidak dapat terlihat secara fisik. Kondisi seperti inilah yang sering kali mengecohkan konsumen.
Oleh karena itu, masalah mengenai penyakit bakteri sangat perlu dilakukan suatu penelitian-penelitian sehingga dapat mengetahui apa obat dari bakteri pathogen tersebut yang dapat merusak kesehatan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan permasalahan “Apakah Bakteri Staphylococcus aureus Katalase Positif (+) dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia?”
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mekanisme dan dampak dari Bakteri Staphylococcus aureus bagi tubuh manuasia !
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah yang berjudul ” Identifikasi Bakteri Staphylococcus aureus Katalasee Positif (+)” adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan wawasan kepada kami penulis dan khususnya bagi pembaca makalah ini agar mendapat pemahaman yang cukup mengenai Bakteri Staphylococcus aureus Katalase Positif (+) dan dampak bakteri tersebut terhadap tubuh manusia ”.
2. Sebagai wahana untuk mengetahui mekanisme dari Bakteri Staphylococcus aureus Katalase Positif (+) dalam tubuh manusia, sehingga dapat menyebabkan penyakit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bakteri Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus memiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Dinding selnya mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus. Asam teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin.
Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase. Staphylococcus aureus mengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel darah merah. Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus aureus adalah haemolysin alfa, beta, gamma delta dan apsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang mempengaruhi saluran pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit sehingga daya tahan tubuh akan menurun. Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar.
B. Stuktur Metabolic
a. Metabolik eksotoksin
Kebanyakan toksin protein dipanggil eksotoksin kerana ia dibebaskan dari bakteria dan bertindak ke atas sel hos jauh dari tempat ia dihasilkan. Enterotoksin ialah satu kumpulan eksotoksin yang lazimnya bertindak ke atas saluran gastrousus. Kebanyakan eksotoksin dihasilkan semasa fasa eksponen pertumbuhan dan penghasilannya adalah spesifik untuk sesuatu strain. Toksin bakteria adalah antara racun paling kuat yang diketahui. Toksin-toksin protein mempunyai persamaan ciri dengan enzim dan amat spesifik terhadap substrat tertentu serta mekanisme tindakan masing-masing. Substrat ini mungkin terdiri dari komponen sel tisu, organ atau kecair tubuh
Eksotoksin bersifat antigenik. Artinya, secara in vivo, aktivitasnya dapat dinetralkan oleh antibody yang spesifik untuk eksotoksin tersebut. Beberapa eksotoksin memiliki aktivitas sitotoksik yang sangat spesifik. Misalnya, toksin botulin yang hanya menyerang syaraf. Beberapa eksotoksin yang lain memiliki spektrum aktivitas yang lebih lebar dan menyebabkan kematian (nekrosis) dari beberapa sel dan jaringan (non spesifik) misalnya toksin yang diproduksi oleh staphylococci, streptococci, clostridia, dan sebagainya. Toksin dengan spektrum aktivitas yang lebar ini biasanya merusak membran sel inang dan menyebabkan kematian sel karena terjadinya kebocoran isi sel.Sitotoksin menyebabkan kerusakan secara intraseluler (didalam sitoplasma sel inang)
b. Metabolik Endotoksin
Endotoksin adalah sebahagian dari dinding sel luar bakteria dan biasanya dikaitkan dengan bakteria Gram negatif kerana ia membentuk komponen membran luar sel bakteria tersebut. Aktiviti biologi endotoksin dikaitkan dengan lipopolisakarid (LPS). Ketoksikan LPS bergantung kepada komponen lipid A dan keimunogenan bergantung kepada komponen polisakarid. Antigen dinding sel (antigen O) bakteria Gram negatif merupakan komponen LPS. LPS sering terlibat dalam proses patologi bakteria Gram negatif. Struktur dinding sel bakteria Gram negatif ditunjukkan dalam rajah berikut:
Bakteria Gram negatif membebaskan kuantiti kecil endotoksin dalam bentuk larut tetapi sebahagian besarnya tergabung kepada sel dan dibebaskan apabila sel itu menjalani lisis. Jika dibandingkan dengan eksotoksin bakteria, endotoksin jauh kurang toksik dan kurang spesifik dalam tindakannya (kerana ia tidak bertindak sebagai enzim). Endotoksin adalah stabil haba (30 min, 100C).
C. Isolasi Dan Diagnose
Hari 1 :
- Specimen ditanam pada media isolasi Blood Agar Plate dan mannitol Salt Agar Plate
- Masuk incubator 370 C, selama 24 jam
Hari 2 :
- Koloni yang tersangka staphylococcus dari Blood Agar Platen dan Mannitol Salt Agar dibuat praeparat, dilakukan pewarnaan gram
- Kalau betul staphylococcus Gram (+), kemudian ditanam pada media Loeffler Serum, Nutrien agar, D-Nase agar dan mannitol.
- Semuanya masukan ke incubator 370 C, selama 24 jam
Hari 3 :
- Diamati dan dicatat pertumbuhan di media
- Loeffler serum : berwarna kuning
- Nutrien agar :dikerjakan Coagulase test atau staphylase test
- D-Nase agar : dikerjakan D-Nase test
- Gula mannitol : asam, dikerjakan catalase test
- Kemudian hasil pengamatan media dan test-test tersebut dibandingkan dibandingkan dengan sifat-sifat cultural dan biochemisnya serta tabel, untuk ditemukan dignosa.
Hari 4
Amati hasil media Muller Hinton agar untuk uji sensitivitas. Dan Inkubasi 370C, 24 jam
Uji Sensitivitas : Diameter zona hambat
- Sensitif : > 16mm
- Intermediet : > 13-15mm
- Resisten : > 13mm
Uji Sensitivitas : Diameter zona hambat
- Sensitif : > 16mm
- Intermediet : > 13-15mm
- Resisten : > 13mm
SKEMA PEMERIKSAAN
BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS
SENSITIFITI TES wrn kuning muda. Tabung Na Cl 0.95% 2-3 ml dicampur dengan 2-3 ose bakteri selanjutnya buat goresan pada media D-Nase Agar inkubsi 24 jam 37 0C. teteskan Hcl ?% 2-3 tetes akan terjadi zona hambat |
NA…….untuk pertumbuhan bakteri |
D. Morfologi Staphylococcus aureus
Bentuknya bulat atau lonjong (0,8 sampai 0,9), jenis yang tidak bergerak, tidak berspora dan gram positif. Tersusun dalam kelompok seperti buah anggur. Pembentukan kelompok ini terjadi karena pembelahan sel terjadi dalam tiga bidang dan sel anaknya cenderung dekat dengan sel induknya. Bersifat aerob dan tumbuh baik pada pembenihan yang sederhana pada temperatur optimum 37oC dan pH 7,4. Merupakan salah satu bakteri yang cukup kebal diantara mikroorganisme yang tidak berspora tahan panas pada suhu 60oC selama 30 menit, tahan terhadap fenol selama 15 menit.
Scientific Classificatin
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : S. aureus
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : S. aureus
Bentuknya Coccus/bulat, Ukurannya berdiameter 0,8-1 µm Susunannya 2-2, 4-4, bergerombol seperti buah anggur |
E. Pengujian-Pengujian Bakteri Staphylococcus aureus
a. Menggunakan Media MSA (Manitol Salt Agar)
Spesimen mula-mula ditanam pada media tryprone Hewit broth (THB), diikubasikan pada suhu 37°C, selama 24 jam.
Koloni bakteri yang tumbuh pada media THB ditanam ulang ke Plat Agar Darah dan diikubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam. Koloni bakteri yang bersifat mukoid selanjutnya ditanam ulang pada media manitol salt agar (MSA) pada suhu 37°C, selama 24 jam. Adanya koloni S. aureus ditandai dengan perubahan warna media MSA dari merah menjadi kuning.
b. Uji Katalase
Selama respirasi aerobik (proses fosforilasi oksidatif) mikroorganisme yang menghasilkan peroksida, bahkan ada yang menghasilkan superoksida yang sangat beracun. Senyawa ini dalam jumlah besar dapat menyebabkan kematian pada mikroorganisme. Senyawa ini dihailkan oleh mikroorganisme aerobik fakultatif aerob maupun mikroaerofilik yang menggunakan jalur respirasi aerobik
Satu ose dari koloni berwarna kuning dari media MSA dicampur dengan enzim katalase pada kaca objek. Adanya S. aureus ditandai terbentuknya gelembung gas
c. Uji Koagulase Plasma
Satu mililiter plasma darah kelinci dalam tabung reaksi dicampur dengan 1 ose koloni bakteri, diinkubasikan pada 370C selama 24 jam. Staphylococcus aureus akan meng-gumpalkan plasma darah kelinci.
d. Penentuan Aktivitas Hemolisin
Staphylococcus aureus ditanam pada plat agar darah (agar base, Oxoid, Jerman), dan selanjutnya diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37ºC. Adanya aktivitas hemolisin ditandai dengan adanya zona hemolisis pada plat agar darah . Staphylococcus. aureus yang menghasilkan alfa-hemolisin akan membentuk zona terang di sekitar koloni, yang menghasilkan beta-hemolisin akan membentuk zona agak gelap di sekitar koloni, dan yang menghasilkan gama-hemolisin tidak membentuk zona hemolisis di sekitar koloni. Sementara itu, kuman yang memproduksi kombinasi alfa-dan beta-hemolisin akan tampak zona gelap dan terang di sekitar koloni.
e. Uji Hidrofobisitas
Bakteri ditanam dalam 5 ml kaldu Brain infusión (BHI) dan diinkubasikan pada 37ºC selama 24 jam. Kultur bakteri kemudian divortex, dipindahkan kedalam tabung sentrifus dan disentrifus 5 menit pada kecepatan 5.000 rpm. Supernatan dibuang, dan pellet dicuci 3 kali dengan PBS.
Pellet bakteri disuspensikan dengan larutan BaSO4, konsentrasi 10 8 sel bakteri per ml. Sebanyak 50 µl suspensi bakteri dicampur dengan 50 µl Amonium Sulfat dengan konsentrasi 1,2M, 1,6, 2M, 2,4M dan 3,2M pada objek glas, dan diaduk dengan tusuk gigi steril. Uji hidrofobisitas dinyatakan positif bila terjadi agregasi bakteri yang tampak seperti pasir putih setelah campuran diaduk
f. Uji Hemaglutinasi
Darah kelinci yang diambil dengan antikoagulan 0,2 M sodium sitrat pH 5,2, disentrifus dan dicuci dua kali dengan 0,15 M NaCl. Suspensi sel darah merah 2% dibuat dalam larutan 0,15 M NaCl. Sebanyak 20 µl suspense bakteri yang mengandung sekitar 109 bakteri/ml dalam 0,15 NaCl dicampur dengan 20 µl suspensi sel darah merah kelinci 2% di atas gelas obyek. Gelas objek digoyang selama 30 detik dan reaksi hemaglutinasi diamati Tingkat hemaglutinasi dinyatakan sebagai berikut: reaksi kuat, reaksi sedang
F. Cara Penularan dan resistensi antibiotik
a. Cara Penularan
Staphylococcus aureus banyak bakteri yang dapat hidup di tubuh orang. Banyak orang yang sehat membawa Staphylococcus aureus tanpa terinfeksi. Fakta, 25-30 % atau 1/3 bagian tubuh kita terdapat bakteri Staphylococcus aureus. Yang terdapat pada permukaan kulit, hidung, tanpa menyebabkan infeksi. menyebabkan infeksi. Ini dikenal sebagai koloni bakteri. Jika sengaja dimasukan dalam tubuh melalui luka akan menyebabkan infeksi. Biasanya sedikit dan tidak membutuhkan perawatan khusus, Kadang-kadang, Staphylococcus aureus dapat menyebabkan masalah serius seperti luka atau pneumonia (radang paru-paru)
Penularan terjadi karena mengkonsumsi produk makanan yang mengandung enterotoksin staphylococcus. terutama yg diolah dengan tangan, baik yang tidak segera dimasak dengan baik ataupun karena proses pemanasan atau penyimpanan yang tidak tepat. Jenis makanan tersebut seperti pastries, custard, saus salad, sandwhich, daging cincang dan produk daging. Bila makanan tersebut dibiarkan pada suhu kamar untuk beberapa jam sebelum dikonsumsi, maka staphylococcus yang memproduksi toksin akan berkembang biak dan akan memproduksi toksin tahan panas.
Masa inkubasi mulai dari saat mengkonsumsi makanan tercemar sampai dengan timbulnya gejala klinis yang berlangsung antara 30 menit sampai dengan 8 jam, biasanya berkisar antara 2-4 jam
b. Resistensi Antibiotik
Strain staphylococcus aureus yang multiresisten telah banyak dilaporkan dengan frekuensi peningkatan resistensi yang cukup tinggi termaksud resisten terhadap methicillin, lincosamide, macrolide, aminoglikosida, atau kombinasi dari berbagai antimikroba
MRSA (Methicillin-Resistant-Staphylococcus aureus) adalah penghambat Staphylococcus aureus yang bersifat pekah terhadap methicillin dan berhubungan beta-lactam zat antibiotic ( penisilin, oxacillin, amoxacillin). MRSA sudah meningkatkan resistant yang tidak hanya ke beta-lactam zat antibiotic, tetapi beberapa kelas zat antibiotic lainya. Beberapa MRSA adalah bersifat resistan untuk satu atau dua antibiotic yang mencangkup vancomycin. VRSA ( Vancomycin-Resistant Staph aureus) atau VRSA adalah dapat memberikan zona hambat pada pertumbuhan bakteri S. aureus
Table . MIC50 and MIC90 of staphylococcal antibiotics against community-acquired methicillin resistant Staphylococcus aureus (CA-MRSA) from Europe (46 isolates), United States (22 isolates), and Oceania (13 isolates) | ||||||
Isolates from Europe | Isolates from United States and Oceania | |||||
Antibiotics | MIC50 mg/L | MIC90 mg/L | Range mg/L | MIC50 mg/L | MIC90 mg/L | Range mg/L |
Benzyl-penicillin | 8 | 8 | 0.25-8 | 16 | 16 | 4-32 |
Oxacillin | 16 | 32 | 4-64 | 64 | 64 | 16-64 |
Kanamycin | 128 | 128 | 128 | 2 | 2 | 2 |
Tobramycin | 0.25 | 0.25 | 0.25 | 0.25 | 0.25 | 0.25 |
Gentamicin | 1 | 1 | 0.5-1 | 1 | 1 | 0.5-2 |
Erythromycin | 0.5 | 128 | 0.25-128 | 0.25 | 0.5 | 0.25-128 |
Lincomycin | 0.5 | 0.5 | 0.5-32 | 0.5 | 0.5 | 0.25-32 |
Pristinamycin | 0.5 | 0.5 | 0.12-1 | 0.5 | 0.5 | 0.12-1 |
Tetracycline | 16 | 16 | 0.25-16 | 0.25 | 0.25 | 0.25-32 |
Minocycline | 0.25 | 0.25 | 0.25 | 0.25 | 0.25 | 0.25 |
Chloramphenicol | 4 | 4 | 4-8 | 4 | 8 | 4-8 |
Ofloxacin | 0.12 | 0.12 | 0.12-0.5 | 0.12 | 0.25 | 0.12-1 |
Fusidic acid | 4 | 4 | 0.12-64 | 0.12 | 0.12 | 0.12 |
Vancomycin | 0.5 | 0;5 | 0.5-1 | 0.5 | 0;5 | 0.5-1 |
Teicoplanin | 0.5 | 0.5 | 0.25-0.5 | 0.25 | 0.5 | 0.25-0.5 |
Fosfomycin | 2 | 2 | 0.25-2 | 1 | 2 | 0.25-2 |
Rifampin | 0.12 | 0.12 | 0.12 | 0.12 | 0.12 | 0.12 |
Co-trimoxazole | 0.5/9.5 | 0.5/9.5 | 0.5/9.5 | 0.5/9.5 | 0.5/9.5 | 0.5/9.5 |
Linezolid | 0.5 | 1 | 0.25-1 | 0.5 | 1 | 0.25-1 |
Mupirocin | 0.12 | 0.12 | 0.12-8 | 0.12 | 0.12 | 0.12 |
G. Cara Pengendalian Infeksi Staphylococcus aureus
Untuk pengendalian Staphylococcus aureus ( mencakup MRSA) melalui human-to-human, walaupun beberapa dokter hewan sudah menemukan yang dapat menyebabkan infeksi ke host, dengan pencemaran lingkungan. Penekanan pada cuci tangan basis dasar teknik kemudian efektif mencegah transmisi Staphylococcus aureus. Penggunaan sarung tangan dapat sehingga mengurangi kontak skin-to-skin.
Penggunaan Alkohol telah terbukti sanitizer melawan MRSA. Quaternary ammonium dapat digunakan bersama dengan alkohol untuk membersihkan dan mencegahan infeksi nosocomial. Nonprotein amino L-Homoarginine asam adalah suatu penghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus seperti halnya Candida albicans, hal ini diasumsikan untuk;menjadi suatu antimetabolite arginine. BBC melaporkan bahwa suatu penyemprotan alat penguap beberapa kotoran minyak ( mencakup pohon teh oil) ke dalam atmospir mengurangi 90% peningkatan bakteri di udara dan mengendalikan MRSA yang dapat menyebabkan infeksi/peradangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus memiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning
B. Saran
Semoga karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukan.
Daftar Pustaka
Anonim. 2003. Bakteriologi Medik. Malang. FK Universitas Brawijaya, Tim Kikrobiologi FK UNIBRAW
Anonim. 2008. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Dasar. Purwokerto. Laborataorium Mikrobiologi Fakultas Biologi
Gerard Bonang dan Enggar S. Koeswardono. 1982. Mikrobiologi Kedokteran Untuk Laboratorium dan Klinik. Jakarta. PT Gramedia
Hera Noviana. 2004. Monitoring Resistensi Methallicin- Resistant S. aureus (MRSA) Terhadap Golongan Qinolone Di Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta. Jakarata
http//: www. Bakteri Stahpylococcus auraus katatalase positif.co.id. PDF
Jerome Etienne. 2003. Community Acquired Methicillin Resisitant Staphylococcus auraus (CA-MRSA)
http//: www. Bakteri Stahpylococcus auraus katatalase positif.co.id. PDF
Soemarno. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Klinik. Akademi Analis Kesehatan Yogyakarta. Depdikna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar